Sedang Berpuisi
Sebuah dentuman membentuk jagat
Yakin kemana ia membidik
Petuah serupa teori murahan
Benaknya dungu tuk mengacu
Mengoposisi kalam ilahi
Hingga gunung sebagai pasak
Purnama sebagai pelita
Cendana sebagai rangka nan kokoh
Paman sam sebagai kiblat
Sumpah sebagai lawak
Bakti dianggap kuno
Tinggal jejak pada memori
Mencetak wajah berupa dua
Yang satu masam yang lain berseri
Tersentak, sadar, aku di lain dimensi
Dengan saat ku taklukkan rinjani
Lalu monokrom hidup berfilosofi
Pada saat jatah tulip bersemi
Tertegun, menghayal, aku bertelepati
Lugu pada hakikat hidup tiada abadi
Hingga Israfil melengkingkan sangkakala
Hewan berakal serupa laron
Pasak bumi serupa kupu kupu
Fa aina tadzhabun
Sejengkal lagi parit siap melahap
Terkesiap mengutuk diri
Murung, tak ada lagi indah permadani
Faham, ia hanya sebongkah atom
Tanpa izin Tuhan, ia tak kuasa
Faham, ia hanya setetes mani
Tanpa izin Tuhan, ia tak mampu berpuisi
Kania Rahmawinata XI IAI 2
sebuah kehormatan