Garut, 11 Juli 2024 – TK dan SDIT Persis Tarogong menggelar acara “Penguatan Transisi PAUD-SD yang Menyenangkan”. Acara ini bertujuan untuk membantu anak-anak usia dini dalam menghadapi transisi dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke Sekolah Dasar (SD) dengan cara yang menyenangkan. Kegiatan ini merupakan kegiatan perdana dalam sepanjang sejarah berdirinya TK-SD Persis Tarogong. Hal ini diinisiasi berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Nomor 0759/C/Hk.04.01/2023 tentang Penguatan Transisi Pendidikan Anak Usia Dini ke Sekolah Dasar Kelas Awal.
Penguatan Transisi PAUD-SD yang menyenangkan ini dihadiri oleh guru kelas A dan B TK Persis Tarogong, Guru-guru Fase A (kelas 1 dan 2) SDIT Persis Tarogong dan SDIT Persis Tarogong 2. Pelibatan peserta ini dilandasi oleh teori yang menyatakan bahwa rentang usia anak usia dini adalah sejak 0 hingga 8 tahun. Kegiatan ini difasilitasi secara langsung oleh Wakasek Bidang Kurikulum masing-masing jenjang yakni, Diki Ahmad Isnaeni, M. Pd, Yulia Septia Ningrum, S.Hum, S.Pd serta Listia Ningrum, M.Pd. Langkah ini telah mendorong pembentukan Forum Komunikasi PAUD-SD sebagai wadah koordinasi dan kerja sama antara pemangku kepentingan satuan PAUD dan SD di Pesantren Persis Tarogong sesuai dengan panduan yang disediakan oleh Kemendikbudristek.
Listia Ningrum menyebutkan, transisi PAUD-SD yang menyenangkan ini penting untuk dilakukan, sebab secara prinsip dalam tahap perkembangan anak terjadi secara berkesinambungan atau saling berhubungan, hambatan di suatu tahap mempengaruhi tahap selanjutnya serta setiap anak berbeda-beda perkembangannya.”
Bahan atau sumber yang dibedah dalam kegiatan penguatan transisi PAUD-SD ini adalah enam modul yang telah digulirkan pemerinah dalam PMM. Peserta menunjukkan kekhidmatannya dalam membuka kembali wawasan yang mereka miliki. Banyak sisi-sisi miskonsepsi yang direfleksikan kembali oleh para peserta yang tak lain adalah guru-guru TK dan SDIT Persis ini. Miskonsepsi yang terjadi adalah tentang cara memandang keutuhan anak dari kemampuan calistung.
Pada sesi yang difasilitasi oleh Bu Yulia, guru-guru seolah menyadari bahwa bentuk literasi dan numerasi bagi anak bukan melulu terikat tentang membaca dan menghitung. Membiarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai usianya adalah kewajiban kita sebagai seorang guru dalam rangka menuntun anak sesuai kodratnya.
Lebih jauh dari itu, langkah nyata perlu kita ambil dalam upaya mendobrak kebiasaan lama (miskonsepsi) yang terjadi. Pak Diki Ahmad Isnaeni mendorong para guru untuk melakukan asesmen awal dalam memfasilitasi dan mengobservasi enam kemampuan pondasi dasar (yakni mengenal nilai agama dan budi pekerti, keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi, kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar, kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, pengembangan keterampilan motorik, dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan). Kemampuan pondasi anak tersebut sesungguhnya harus dimiliki anak pada masa golden age (anak usia dini) ini.
Dari kegiatan ini, sebagai tindak lanjutnya adalah kesepakatan bersama dalam meramu kegiatan pengenalan lingkungan sekolah atau MPLS yang dikenal di pesantren ini dengan istilah Ta’aruf Santri Baru (TSB) yang menyenangkan dan mampu melakukan asesmen melihat sejauh mana kemampuan siswa pada awal tahun pembelajaran sehingga dapat membuat catatan atau rekomendasi hal-hal yang dikuatkan kepada siswa ke depan.
Dari itu semua, masihkah ada di antara kita yang menuntut anak pintar membaca dan menghitung dengan mengabaikan enam kemampuan pondasi dasar anak? Mari kita refleksikan bersama!
Dokumentasi : Instagram
Kontributor : Humas SDIT 2 Persis Tarogong
Komentar (0)
Warning: Undefined variable $post in /home/u1489582/public_html/wp-content/themes/parallelus-moxie/comments.php on line 10
Warning: Attempt to read property "ID" on null in /home/u1489582/public_html/wp-content/themes/parallelus-moxie/comments.php on line 10