Menjadi Guru Itu Tidak Ada Pensiun

Garut – Guru adalah sebuah amanah mulia. Menjadi seorang guru adalah panggilan jiwa. Maka di jaman sekarang guru menjadi sebuah profesi yang banyak dipilih oleh sebagian besar masyarakat. Ada peribahasa yang sudah dikenal masyarakat, “guru pahlawan tanpa tanda jasa”.

Banyak pemimpin, pejabat, birokrat, politisi dan profesi lainnya lahir karena seorang guru yang senantiasa membina, mengayomi, mendidik generasi penerus untuk menjadi generasi yang lebih baik.

” Guru itu tidak ada pensiunnya “. Kalimat yang disampaikan H. Mohammad Iqbal Santoso pada saat menerima kunjungan Ustadz Ateng Abdurrahman beserta rombongan yang hendak mendirikan Pesantren Persis di Paseh Sumedang.

H. Mohammad Iqbal Santoso menceritakan awalnya menjadi seorang guru, dimulai dari tahun 1975 dengan mengajar di berbagai Pesantren Persatuan Islam mulai dari Pesantren Persis Bentar, Pesantren Persis Pajagalan Bandung dan hingga hari ini di Pesantren Persis Tarogong yang sekaligus berada dibawah pimpinannya.

Pesantren Persis Tarogong yang mulai perintisanya pada tahun 1960 yang awalnya bernama Pesantren At Taqwa rintisan H. Memen Abdurrahman. Pada saat awal Pesantren ini memiliki tiga guru utama yaitu Ustadz Zainuddin, Ustadz Sjihabudin dan Ustadzah Aminah Dahlan. Jenjang pendidikan pertama yang ada yaitu Tahjiziyah dan Tsanawiyah.

Diusianya yang sudah 65 tahun H. Mohammad Iqbal Santoso yang lahir pada tahun 1957 masih semangat untuk memberikan ilmu kepada para santrinya. Selain sebagai Pimpinan Pesantren juga tercatat sebagai guru Ilmu Falaq untuk santri kelas XII MA Persis Tarogong.

Beliau mengisahkan bahwa proses pendirian jenjang pendidikan untuk TK, SDIT untuk memberikan pendidikan terbaik bagi kelima anaknya. Maka dari itu sekolah yang didirikan harus menjadi sekolah yang unggul karena lembaga pendidikan untuk anak sendiri.

“Awalnya mendirikan TK, SDIT itu sebenarnya untuk kebutuhan sendiri, untuk sekolah anak saya. Karena dibuat untuk anak sendiri, maka tentunya harus sekolah yang baik bukan sekolah yang asal asalan. Maka lulusan pertama TK adalah anak saya yang pertama kemudian murid pertama SDIT juga anak yang keempat. Dan alhamdulillah bisa berkembang sampai dengan sekarang”, kenangnya

Hal yang paling penting dalam proses pendirian lembaga pendidikan adalah menyiapkan sumber daya insaninya. Jika sumber daya insaninya sudah siap, baik maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan infrastruktur sarana prasarana untuk mendukung proses pembelajaran.

“Dulu ketika saya mendirikan TK bukan membuat bangunan dahulu tapi siapkan sumber daya insaninya setelah itu maka dibuatlah infrastruktur untuk mendukungnya. Jika sumber dayanya sudah siap, bangunan bisa memakai yang ada dulu. TK pun dulu awalnya memakai bangunan masjid”, ungkapnya

Ustadz Ateng Abdurrahman pada kesempatan kunjungan yang bertepatan dengan hari Selasa (7/03) 2022 membuka pembicaraan dengan proses perencanaan yang dilakukannya bersama dengan asatidz lain untuk mendirikan lembaga pendidikan Pesantren Persis di Paseh Sumedang. Untuk bangunan sendiri menurutnya sudah ada malah sudah diresmikan oleh Ketua Umum Persis KH. Aceng Zakaria pada tahun 2019 silam.

“Kami ingin menimba ilmu dalam hal proses pendirian Pesantren. Kami pilih Pesantren Persis Tarogong ini karena para alumninya sudah banyak yang berhasil dan berasal dari berbagai wilayah Indonesia. Jika alumninya banyak yang menjadi orang hebat, maka lembaga pendidikannya pun pasti demikian “, terangnya

#humaspesantrenpersistarogong

 

 

 

Komentar (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *